Jakarta, CNN Indonesia

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat temuan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia menunjukkan tren kenaikan dibanding tahun lalu dalam periode yang sama.

Dalam keterangannya pada Kamis (2/5) kemarin, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi merinci pada periode Januari-April 2023, jumlah kasus DBD sebesar 28.579 kasus. Sementara pada periode Januari-April 2024, temuan DBD naik signifikan menjadi 88.593 kasus.

Jika dikalkulasi perbandingannya, maka terjadi kenaikan kasus DBD hingga 209 persen atau tiga kali lipat dibandingkan 2023 silam pada periode yang sama.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam keterangan yang sama, Siti menyebut lima kabupaten dan kota dengan kasus tertinggi, yaitu Kota Bandung (3.468), Kabupaten Tangerang (2.540), dan Kota Bogor (1.944).

“Kota Kendari 1.659 kasus, Kabupaten Bandung Barat 1.576 kasus,” kata Siti.

Jumlah kematian akibat DBD di RI pada 2024 ini

Kemenkes juga mencatat hingga pekan ke-17 sepanjang 2024 ini atau akhir April lalu, terdapat 621 kematian akibat DBD di Indonesia. Jumlah itu pun naik berkali-kali lipat dibandingkan angka kematian DBD untuk periode yang sama pada 2023 lalu. Angka kematian akibat DBD hingga pekan ke-17 2023 lalu adalah 209 kejadian.

Adapun lima besar kabupaten/kota dengan kasus tertinggi kematian akiabt DBD adalah Kabupaten Bandung sebanyak 29 kejadian, Kabupaten Jepara sebanyak 21 kejadian, dan Kota Bekasi 19 kematian.

” [Lalu] Kabupaten Subang 18 kematian, Kabupaten Kendal 17 kematian,” kata Siti.

Siti mengingatkan publik untuk melakukan langkah-langkah pencegahan DBD seperti pembersihan sarang nyamuk (PSN). Pihaknya mengimbau warga dan aparat untuk menggalakkan kegiatan menguras, menutup, dan mengubur (3M) tempat yang berisiko menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk.

“Bila demam tiga hari tidak menurun juga segera ke RS/puskesmas. Pastikan lingkungan sekitar kita bersih,” kata dia.

Vaksin DBD belum wajib, masih pilihan

Kasi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Budi Setiawan menyebut vaksin dengue saat ini masih bersifat pilihan atau belum masuk ke dalam kebijakan imunisasi program baik dari pemerintah provinsi maupun pusat.

“Bisa didapat di beberapa rumah sakit swasta. Namun tetap menjadi imunisasi pilihan yang belum difasilitasi tentang penganggaran dari Pemerintah,” ujar dia dalam seminar daring yang digelar BPKD Provinsi DKI Jakarta dalam rangka peringatan Pekan Imunisasi Dunia di Jakarta, Kamis kemarin seperti dikutip Antara.

Menurut Budi vaksin ini dapat diberikan pada mereka yang berusia 6-45 tahun baik yang belum pernah terkena demam berdarah dengue (DBD) maupun sudah pernah mengalaminya.

“Ada rentang usia yang dianggap efektif karena sudah ada uji dari segi keamanan vaksin dan efektivitas pemberian vaksin. Dua dosis, jarak antara dosis pertama dan kedua yakni tiga bulan,” kata dia.

Sementara itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) merujuk studi jangka panjang selama 4,5 tahun setelah vaksinasi menyatakan vaksin dengue dapat mencegah keparahan dan tingkat rawat inap hingga 84 persen serta perlindungan secara keseluruhan terhadap demam berdarah dengan gejala hingga 61 persen.

Namun, vaksin dengue memiliki kontraindikasi pada wanita hamil, menyusui, dan kelompok dengan imunodefisiensi yakni kondisi ketika tubuh tidak bisa melawan infeksi dan penyakit seperti HIV yang terbukti dengan adanya gangguan imun, imunodefisiensi bawaan atau yang didapat seperti penggunaan steroid dosis tinggi dan imunoterapi.

Adapun terkait data kasus DBD khususnya di Jakarta, Dinas Kesehatan DKI menyatakan hingga 16 April 2024, sebanyak 3.875 kasus dengan rincian pada Januari sebanyak 310 kasus, Februari (767), Maret (2.163) dan April sebanyak 635 kasus.

(Antara/kid)

[Gambas:Video CNN]





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *