Jakarta, CNN Indonesia —
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut salah satu penyebab kecelakaan maut di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek adalah sopir GranMax yang bekerja melebihi waktu.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan hal itu berdasarkan hasil penyidikan yang dilakukan oleh pihaknya, di mana sopir GranMax itu kurang istirahat karena sudah bekerja terlalu lama.
“Jika kita mengemudi dalam keadaan kurang istirahat yang baik, maka pengemudi akan berkurang kemampuannya untuk berkonsentrasi dalam mengemudikan kendaraan. Dalam situasi seperti ini pengemudi akan sangat mudah mengalami microsleep,” kata Soerjanto dalam keterangannya, Kamis (11/4).
Dari hasil penyidikan KNKT, terungkap sopir GranMax tersebut berangkat dari Ciamis pada Jumat (5/4) sekitar pukul 19.30 WIB menuju ke Jakarta untuk menjemput penumpang.
Kemudian, pada Sabtu (6/4), GranMax berangkat dari Jakarta pada siang hari untuk mengantar penumpang ke Ciamis sekaligus menjemput.
Lalu Minggu (7/4), kendaraan itu berangkat dari Ciamis pada pagi hari menuju ke Jakarta untuk mengantar penumpang. Setelahnya, sempat beristirahat dan sore harinya berangkat menuju ke Ciamis untuk mengantar penumpang.
Selanjutnya, GranMax itu kembali melakukan perjalanan ke Jakarta untuk menjemput penumpang dan tiba di Jakarta pukul 00.00 WIB.
Berikutnya, pada Senin (8/4) pukul 02.00 WIB kendaraan menjemput penumpang dan pukul 03.00 WIB menjemput ke Cilebut.
Kemudian, sekitar pukul 05.30 menjemput ke Bekasi dan kembali berangkat menuju ke Ciamis pada pukul 06.00 WIB.
“Pada kendaraan ini juga berpenumpang 12 orang, di mana seharusnya berkapasitas 9 penumpang dan belum lagi ditambah dengan barang bawaanya. Hal ini tentunya juga menambah ketidakstabilan kendaraan,” ucap Soerjanto.
“Adapun untuk fatalitas korban disebabkan para penumpang yang berada di mobil penumpang tidak menggunakan sabuk keselamatan,” imbuhnya.
Berkaca pada insiden kecelakaan tersebut, Soerjanto mengimbau untuk memastikan kecukupan waktu istirahat sebelum berkendara jauh.
“Mengimbau sebelum berkendara jarak jauh, yakinkan diri (pengemudi, pemilik kendaraan,calon penumpang) kita telah beristirahat dengan baik dan cukup, serta jujurlah pada diri sendiri jika telah lelah beristirahatlah sebelum melanjutkan perjalanan,” pungkasnya.
Kecelakaan maut terjadi di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek lajur contraflow pada Senin (8/4) sekitar pukul 08.15 WIB. Peristiwa ini menyebabkan 12 orang tewas dan dua lainnya luka-luka.
Insiden bermula saat kendaraan GranMax yang mengarah ke Cikampek di lajur contraflow diduga mengalami masalah dan hendak menepi di bahu jalan. Mobil GranMax itu melaju terlalu ke kanan, sementara dari arah berlawanan ada bus yang melaju menuju Jakarta.
Tabrakan pun tak terhindarkan. Kemudian, ada mobil Daihatsu Terios yang menabrak bus dan GranMax yang berada di depannya.
Dari hasil olah TKP, polisi menduga mobil GranMax itu melaju dengan kecepatan lebih dari 100 km/jam. Selain itu, tidak ditemukan ada jejak pengereman.
Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyana mengungkapkan 12 korban tewas dalam kecelakaan maut tersebut mengalami luka bakar 90 hingga 100 persen. Karenanya, diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk melakukan identifikasi.
“Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus, memang 1 sampai 2 yang masih bisa dikenali namun akibat ada benturan, wajah sudah berubah bentuk,” kata dia di RSUD Karawang, Selasa (9/4).
(dis/sfr)